Mengganti warna rambut secara berkala memang dapat memberikan kesan penampilan yang selalu segar dan berbeda. Namun, penting untuk tidak mengabaikan potensi efek samping yang ditimbulkannya. Hal ini disebabkan oleh kandungan berbagai bahan kimia dalam pewarna rambut yang, jika digunakan terlalu sering, dapat membahayakan kesehatan.
Sebelum melakukan pewarnaan rambut secara intensif, ada baiknya memahami terlebih dahulu risiko serta dampak buruknya, seperti yang dilansir dari Hellosehat.
Bahan kimia dalam pewarna rambut tidak hanya menyerap ke batang rambut, tetapi juga dapat menembus kulit kepala. Lebih dari itu, partikel pewarna rambut berpotensi terhirup dengan mudah selama proses pewarnaan di salon. Berikut adalah beberapa jenis bahan kimia yang umum ditemukan dalam pewarna rambut, beserta potensi efek sampingnya terhadap kesehatan.
Para-phenylenediamine (PPD), memicu reaksi alergi dan sebagai karsinogen (zat penyebab kanker).
- Tar batubara, menimbulkan reaksi alergi.
- Formaldehid, karsinogen dan memicu kerusakan janin di dalam rahim.
- Hidrogen peroksida, membuat mata perih seperti tersengat.
- Timbal asetat, memicu masalah saraf serius dan sebagai karsinogen (zat penyebab kanker).
- DMDM hydantoin, memicu masalah pada sistem kekebalan tubuh.
- Amonia, bersifat racun, korosif, dan menyebabkan masalah pernapasan.
- Resorsinol, mengacaukan hormon tubuh dan berpotensi sebagai karsinogen.
merupakan zat-zat kimia yang sangat umum ditemukan dalam produk kosmetik, terutama pada Pewarna Rambut (Hair Dye). Meskipun zat-zat ini berfungsi untuk memberikan warna yang tahan lama atau tekstur tertentu, paparan jangka panjang memang memiliki risiko kesehatan yang serius.
Berikut adalah pengelompokan zat tersebut berdasarkan dampak utamanya agar lebih mudah dipahami:
Pengelompokan Risiko Zat Kimia Pewarna Rambut
| Kategori Risiko | Nama Zat Kimia | Dampak Utama |
| Pemicu Kanker (Karsinogen) | PPD, Formaldehid, Timbal Asetat, Resorsinol | Kerusakan sel DNA yang dapat memicu pertumbuhan tumor/kanker. |
| Gangguan Sistem Organ | Amonia, Timbal Asetat | Gangguan pernapasan akut dan kerusakan sistem saraf pusat. |
| Alergi & Iritasi Berat | PPD, Tar Batubara, Hidrogen Peroksida | Luka bakar kimia, ruam, gatal hebat, hingga mata perih. |
| Gangguan Hormon & Janin | Resorsinol, Formaldehid | Mengacaukan sistem endokrin dan berisiko bagi perkembangan bayi. |
Mengapa Zat Ini Masih Digunakan?
Banyak produsen masih menggunakan zat seperti PPD (Para-phenylenediamine) karena hingga saat ini, PPD adalah zat paling efektif untuk mengikat warna pada batang rambut agar tidak luntur saat dicuci. Begitu juga dengan Amonia yang berfungsi membuka kutikula rambut agar warna bisa masuk ke dalam.
Tips Keamanan Jika Anda Ingin Mewarnai Rambut
Jika Anda tetap ingin mewarnai rambut namun khawatir dengan daftar zat di atas, berikut adalah beberapa langkah pencegahan:
Lakukan Patch Test: Oleskan sedikit pewarna di belakang telinga dan tunggu 48 jam. Jika muncul kemerahan atau gatal, jangan gunakan produk tersebut.
Pilih Produk "PPD-Free" atau "Ammonia-Free": Saat ini sudah banyak merk yang menggunakan alternatif lebih aman, meskipun warnanya mungkin tidak sepermanen cat rambut biasa.
Gunakan Pewarna Alami: Pertimbangkan menggunakan Henna murni (pastikan tidak mengandung tambahan kimia) atau pewarna berbahan dasar nabati.
Hindari Mewarnai Rambut Saat Hamil: Karena adanya zat seperti Formaldehid dan Resorsinol, para ahli sangat menyarankan untuk menghindari pewarnaan rambut kimiawi selama masa kehamilan.
Gunakan Sarung Tangan: Pastikan zat tersebut tidak kontak langsung dengan kulit tangan dalam waktu lama saat proses aplikasi.
Informasi ini sangat berguna bagi kita untuk lebih teliti membaca label komposisi (ingredients) sebelum membeli produk kecantikan.
Bahaya terlalu sering mewarnai rambut
Terlalu sering mewarnai rambut bisa meningkatkan risiko kanker. Menurut penelitian tahun 2001 yang dipublikasikan di International Journal of Cancer, wanita yang mewarnai rambut dengan pewarna permanen sebulan sekali selama setahun memiliki risiko dua kali lipat terkena kanker kandung kemih. Risiko ini bahkan bisa meningkat hingga tiga kali lipat jika penggunaan pewarna permanen berlangsung selama 15 tahun atau lebih.
Penelitian lain di American Journal of Epidemiology juga menemukan hasil serupa. Wanita yang mewarnai rambut delapan kali atau lebih dalam setahun selama 25 tahun berisiko dua kali lipat terkena kanker limfoma non-Hodgkin (LNH), yaitu kanker yang berkembang dari sel darah putih di kelenjar getah bening, limpa, dan organ lain dalam sistem kekebalan tubuh.
Meski sudah ada bukti dari beberapa penelitian, studi lanjutan tetap diperlukan untuk memperjelas efek dari kebiasaan ini. Namun, demi mengurangi risiko, sebaiknya hindari terlalu sering mewarnai rambut, karena semakin sering dilakukan, semakin besar pula paparan zat kimia yang masuk ke tubuh.paran racun pada tubuh Anda.
Menurut Sonya Lunder, MPH., seorang analis senior di Environmental Working Group, berbagai pewarna rambut alami seperti henna lebih aman dan disarankan jika Anda memang ingin mewarnai rambut. Selain itu, ada banyak bahan pewarna rambut yang terbuat dari bahan alami dan organik. Berbagai bahan alami ini umumnya tidak mengandung racun seperti yang terdapat pada produk berbahan kimia.
Selain itu, jika Anda mewarnai rambut sendiri di rumah, pastikan untuk mengikuti petunjuk penggunaannya. Gunakan sarung tangan saat mengoleskannya dan jangan mendiamkan pewarna di rambut lebih lama dari yang seharusnya.
Pastikan juga untuk tidak mencampur produk pewarna rambut yang berbeda karena berisiko tinggi menimbulkan masalah pada rambut dan kulit kepala. Anda juga tidak disarankan menggunakan pewarna rambut untuk mewarnai alis atau bulu mata karena bisa saja menimbulkan efek kebutaan.
Comments
Post a Comment