Showing posts with label pertanian. Show all posts
Showing posts with label pertanian. Show all posts
Cara Pembuatan Pestisida Nabati Dari Bawang putih (Allium sativum L)

Cara Pembuatan Pestisida Nabati Dari Bawang putih (Allium sativum L)

    Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan  pestisida nabati adalah:
    (1) murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani.
    (2) relatif aman terhadap lingkungan.
    (3) tidak menyebabkan keracunan pada tanaman.
    (4) sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
    (5) kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
    (6) menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.


    Sementara, kelemahannya adalah:
    (1) daya kerjanya relatif lambat.
    (2) tidak membunuh jasad sasaran secara langsung.
    (3) tidak tahan terhadap sinar matahari.
    (4) kurang praktis.
    (5) tidak tahan disimpan. 
    (6) kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.



    Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman.

    Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya  berdasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian.

    Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:  
    (1) merusak perkembangan telur, larva dan pupa. 
    (2) menghambat pergantian kulit. 
    (3) mengganggu komunikasi serangga. 
    (4) menyebabkan serangga menolak makan. 
    (5) menghambat reproduksi serangga betina. 
    (6) mengurangi nafsu makan. 
    (7) memblokir kemampuan makan serangga. 
    (8) mengusir serangga. 
    (9) menghambat perkembangan patogen penyakit.


    Salah satu pestisida nabati yang bisa anda coba yaitu dengan membuat dari ektrak bawang putih. sedangkan bahan dan cara membuatnya adalah sebagai berikut.

    Ekstrak bawang putih

    1. Bahan dan Alat :
    2. 85 gram bawang putih
    3. 50 ml minyak sayur
    4. 10 ml deterjen/sabun
    5. 950 ml air
    6. Alat penyaring
    7. Botol


    Cara Pembuatan :
    Campurkan bawang putih dengan minyak sayur. Biarkan selama 24 jam. Tambahkan air dan sabun. Aduk hingga rata. Simpan dalam botol paling lama 3 hari.

    Cara Penggunaan :
    Campurkan larutan dengan air dengan perbandingan 1 : 19 atau 50 ml larutan dengan 950 ml air. Kocok sebelum digunakan. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang OPT pada pagi hari

    OPT Sasaran :
    Ulat, hama pengisap, nematoda, bakteri, antraknos, embun tepung

    Ekstrak bawang putih cara 2

    Bahan dan Alat :

    1. 2 siung bawang putih
    2. Deterjen/sabun
    3. 4 cangkir air
    4. Alat penumbuk/blender
    5. Alat penyaring
    6. Botol

    Cara Pembuatan :
    Hancurkan bawang putih, rendam dalam air selama 24 jam. Tambahkan air dan sabun. Saring. Masukkan dalam botol

    Cara Penggunaan :
    Tambahkan larutan dengan air dengan perbandingan 1 : 9 air. Kocok sebelum digunakan. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang ada pagi hari

    OPT Sasaran :
    Cendawan

    Ekstrak minyak bawang putih cara 3
    Bahan dan Alat :
    1. 100 gram bawang putih
    2. 2 sendok makan minyak sayur
    3. 10.5 liter air
    4. 10 ml deterjen/sabun Deterjen

    Cara Pembuatan :
    Hancurkan bawang putih. Rendam dalam minyak sayur selama 24 jam. Tambahkan ½ liter air dan deterjen. Aduk hingga rata. Saring

    Cara Penggunaan :
    Tambahkan 10 liter air kedalam larutan. Aduk hingga merata. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang OPT pada pagi hari

    OPT Sasaran :
    Hama kubis, belalang dan kutudaun

    Minyak bawang putih
    Bahan dan Alat :

    1. 50 ml minyak bawang putih
    2. 950 ml air
    3. 1 ml deterjen/sabun

    Cara Pembuatan :
    Tambahkan sabun ke dalam minyak bawang putih. Aduk hingga rata. Tambahkan air. Aduk

    Cara Penggunaan :
    Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

    OPT Sasaran :
    Ulat buah tomat
    Ulat penggerek umbi kentang
    Wereng padi
    Nematoda
    Sumber: http://epetani.pertanian.go.id/

    Cara menanam ketela pohon dan  mengenal Racun Pada Daun Ketela Pohon

    Cara menanam ketela pohon dan mengenal Racun Pada Daun Ketela Pohon



    gambar: https://sehatkuatalami.files.wordpress.com/2011/05/ketela.jpeg
    Ketela pohon atau sering disebut singkong atau ubi kayu merupakan bahan pangan dengan kandungan karbohidrat ang cukup tinggi. Tak hanya kandungan karbohidrat saja yang ada pada tumbuhan ini. Tenyata daun singkong juga mengandung berbagai macam vitamin yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh kita.

    Singkong merupakan tanaman tropis dan subtropis yang dapat ditanam sepanjang tahun di negeri ini. Singkong sangat populer namun sering dipandang sebelah mata. Padahal singkong banyak mengandung vitamin dan gizi yang bermanfaat bagi tubuh kita. Dengan pengolahan yang tepat kita bisa mendapatkan bahan makanan yang murah namun bergizi tinggi. Kandungan gizi singkong mentah diantaranya: protein, lemak, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6, vitamin B9, vitamin C, vitamin E, vitamin A, vitamin K, gula alami, dan karbohidrat. Sementara daun singkong mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi.

    Tingginya kandungan protein dalam daun ketela pohon, sudah banyak kita ketahui dari dulu. Sehingga berbagai menu makanan yang dikonsumsi oleh berbagai tingkat status sosial di negeri tercinta ini, banyak menggunakan daun ini. Secara umum, dalam berat yang sama dengan berat telur, berat protein (nabati) yang dikandung daun ketela lebih kurang sama dengan yang dikandung telur.

    Sebuah penelitian yang dilakukan oleh  Dr. Mpoko Bokanga dari Bagian Biokimia, International Institute of Tropical Agriculture (IITA), suatu badan PBB yang menangani penelitian pertanian di wilayah tropika, mendapatkan bahwa dari lebih kurang 150 jenis ketela pohon yang diteliti, jenis-jenis ketela yang kandungan protein dalam daunnya tergolong paling rendah, pun masih mengandung lebih dari 60% macam asam amino esensial. Penelitian ini menunjukkan bahwa disamping memiliki kandungan protein yang tinggi, mutu protein yang dikandungnya pun tinggi. Karena sifat biokimianya ini, FAO dengan bantuan World Bank, mengangkat tanaman ini sebagai program utama untuk mengatasi masalah malnutrisi 200 juta rakyat di wilayah sub sahara.


    Jenis racun yang selalu ada dalam daun semua jenis ketela adalah linamarin. Menurut penelitianyang dilakukan oleh  Dr. Bokanga, beliau mengatakan bahwa kandungan racun ini paling banyak terdapat di bagian kulit ketela, kemudian di kulit batang, dan terakhir di daun. Untungnya, baik kulit ketela dan batang belum ‘lumrah’ dikonsumsi masyarakat kita. Dalam tubuh, racun ini akan mengikat lemak, baik yang ada dalam darah meupun dalam daging. Sehingga, pada dosis rendah, tubuh akan terasa lemas dan pening. Tetapi dalam dosis tinggi penderita bahkan bisa mengalami pingsan. 


    Racun singkong ini sangat mudah bereaksi pada lemak . dan akan lebih cepat lagi bereaksi apabila terjadi peningkatan suhu reaksi. Hasil reaksi linamarin dengan lemak ini akan menghasilkan protein dengan hidrogen-sianida yang telah dikenal sebagai racun utama ketela pohon. Untungnya hidrogen sianida ini mudah menguap.


    Dengan sifat-sifat biokimia ini, maka cara paling aman memasak daun ketela pohon adalah mereaksikan linamarin menjadi hidrogen sianida dan menguapkannya sebelum dikonsumsi. Caranya, remas-remas atau potong-potong daun ketela sebelum dimasak, biarkan selama 5 - 10 menit agar agak layu, lalu direbus dan tambahkan minyak kelapa, bawang putih, ikan, daging, atau telur seberat satu per dua puluh sampai satu per tiga puluh berat daun ketela yang dimasak.


    Menurut Dr. Bokanga, dengan cara ini maka akan diperoleh keuntungan ganda: pertama, memperoleh daun ketela yang bebas racun linamarin, dan kedua kandungan protein daun ketela yang dikonsumsi lebih tinggi. 


    Nah setelah kita membaca uraian diatas tentunya kita sudah mengetahui seberapa besar manfaat dan kerugiannya. Ternyata setelah kita mengolahnya dengan benar maka manfaat lah yang paling banyak kita dapatkan dalam bagian demi bagian pada tanaman sgkong ini.


    Pada artikel ini saya akan menguraikan cara menanam singkong untuk sayur, yang memang tujuan utama adalah untuk di manfaatkan daunnya, bukan ubinya. Saya memang sengaja mendahulukan topic ini karena saa anggap penikmat singkong lebih banyak pada konsumsi daunnya dibandingkan ubinya. Alasan lain adalah jika kita menanam singkong untuk tujuan dipanen ubinya maka kita perlu waktu lama untuk bisa menikmati hasilnya.  Tetapi jika kita menanam untuk di nikmati daunnya maka kita hanya perlu menunggu beberapa minggu saja untuk bisa memetik hasinya.


    Alasan ketiga saya mengangkat topic ini karena menanam singkong untuk tujuan dipanen daunnya lebih mudah perawatannya. Cukup menyiram saja jika kondisi tanah kering dan menambahkan pupuk jika kondisi tanaman kurang subur. Yang penting kandungan nitrogenya cukup tanaman sudah kelihatan subur ( dengan mengabaikan ubinya). Menanam singkong untuk tujuan dipanen daunnya juga sangat mudah mendapatkan bibitnya. Kita cukup menacapkan batang singkong dibagian mana saja tak perlu memilih yang muda atau yang yua. Yang penting batang masih hidup. Bahkan jika anda kesultan mencari bibit singkong untuk sayur anda dapat membeli daun singkong dipasar. Biasanya sampai dirumah ketika mau disayur pasti bagian batang pucuk tanaman ini akan dibuang( tidak dimasak) nah sebenarnya ini bisa dijadikan bibit lo dengan catatan ini adalah bibit darurat atau menimbang jika dibuang rasanya kok sayang karena pucuk batang singkong ini dapat ditanam kembali.


    Dulu saya sering melakukan cara ini sewaktu tanaman singkong saya jumlahnya masih sedikit. Jika ibu saya membawa daun singkong dari pasar tangkainya saya minta setelah daunnya di potong untuk di sayur. Caranya pun sangat mudah kita angin-anginkan dulu batang pucuk singkong ini. Sampai getahnya kering. Setelah itu baru kita tanam pad media tanah yang basah tetapi tidak menggenang. Karena jika menggenang akan mengakibatka pembusukan pada bibit singkong ini.

    Selain cara ini saya juga sering menggunakan cara perendaman sebagian pada pangkal pucuk singkong. Caranya kita memasukkan pangkal batang singkong ini pada air bersih dalam wadah dan air yang bersih pula. Lebih baik lagi kalau tiap hari kita ganti airnya. Tetapi jika anda malas mengganti ataupun tak punya waktu banyak untuk sekedar mengganti air endaman anda juga bisa melihat kondisi airnya. Air yang masih bagus ditandai dengan warna air yang jernih dan tidak mengeluarkan bau busuk. Kalai ini yang terjadi anda boleh menunda penggantian air.


    Setelah beberapa hari pucuk ini direndam maka anda akan melihat pangkal tanaman ini akan mengeluarkan bintik bintik putih. Ini berarti tanaman ini boleh di pindah kemedia pot sementara. Bintik bintik inilah yang nantinya akan berubah menjadi ujung akar tanaman singkong ini. Tetapi anda tak perlu menunggu sampai akar keluar penuh. Tetapi jika anda kurang puas tak ada salahnya anda menunggu sampai akar menjadi lebih lebat lagi.  Nah setelah anda menanam pada media lainya anda tinggal menunggu tanaman ini keluar kuncup daunnya.


    Sebagai tambahan pucuk batang singkong yang anda tanam tak harus berdaun. Walaupun seluruh daunnya di masak tetap akan hidup jika di tanam kembali.  Kepada para  pakar ilmu pertanian saya mohon maaf jika teori ini menyimpang dari apa yang telah anda dapatkan dari meja belajar. Ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya dan berhasil. Saya berharap cara ini lebih mudah diterima oleh ibu ibu rumah tangga karena tidaka menggunakan cara-cara yang begitu rumit dari cara penyiapan bibit hingga perawatan dan pemupukan.


    Dibawah  ini adalah rangkuman langah  demi langkah cara sederhana menanam daun singkong dari  sampah dapur daun singkong.

    1.       Ambil pucuk daun singkong yang sudah tak berdaun ( daun sudah dimasak sehingga tinggal sampah bekas pucuk singkong)
    2.       Kumpulkan bekas pucuk singkong ini. Diamkan satu hari, setelah getah mengering bisa langsung ditanam di tanah , atau direndam pangkal pucuk ini untuk memancing akar.
    3.       Setelah ditanam tunggu sampai pucuk tunas mulai tumbuh.
    4.       Jika telah tumbuh tugas  anda adalah mengawasi hingga tanaman sudah agak tinggi kira kira tumbuh tunas 5 higga 10 cm, dan sirami jika tanah mongering.
    5.       Selesai , dan tinggal tunggu hasilnya.


    Tidak sulit kan. Jika anda berniat memberikan pupuk pada tanaman muda anda bisa melarutkan pupuk urea 1 sedok teh  kedalam 5 liter air untuk menyiraminya.



    Sumber :
    1.   Seri Iptek Pangan Volume 1: Teknologi, Produk, Nutrisi & Kemanan Pangan, Jurusan  Teknologi Pangan - Unika Soegijapranata, Semarang Editor : Budi Widianarko, A. Rika Pratiwi,  Ch. Retnaningsih  
    2.       Pengalaman peribadi.
    3.    http://1health.id/id/article/category/diet-dan-nutrisi/makanan-lokal-sarat-vitamin-b.html



     Pemberantasan hama tanaman secara alami

    Pemberantasan hama tanaman secara alami



    sumber gambar: http://poskotanews.com/2014/11/01/hujan-belum-normal-petani-ogah-bercocok-tanam/


    Allah maha besar tak satupun makluk yang diciptakan hanya sia –sia. Semua ada gunanya sesuai dengan posisinya masing – masing. Orang menganggap blatung itu adalah binatang kecil menjijikkan. Namun apakah anda menyadari bahwa berkat jasa blatung itulah bangkai yang menjadi penyebab pncemaran udara bisa terurai lebih cepat? Apalagi jika jumlah blatung cukp banyak maka proses penguraian juga semakin cepat.

    Sebtulnya masih banyak contoh lainnya tetapi saya akan membahas mengenai pemberantasan hama tanaman secara alami. Namun ada juga kaitannya dengan contoh yang saya tulis di awal postingan ini. Sebenarnya setiap makluk hidup itu merupakan sebuah piramida yang saling berhubungan satu sama lain. Plankton di makan ikan, ikan dimakan kucing, kucing dimakan buaya, dan buaya mati di makan blatung/anak lalat, lalat pun demikian di makan capung, cicak dan lain lain, serta cicak dimakan berbagai binatang juga.

    Dengan bepedoman inilah sebenarnya kita bisa mengusahakan pengurangan hama tanaman dengan membudidayakan musuh alami hama tersebut. Memang tidak bisa seratus persen berhasil, namun setidaknya bisa mengendalikan populasi hama tersebut.

    Sebagai contoh hama tikus bisa di imangi dengan membudidayakan burung hantu, melindungi kucing kucing liar yang berkeliaran disawah atau tidak membunuh ular yang berada diarea persawahan. Dulu pernah juga pemerintah melakukan pengembangan burung hantu ini. Tetapi sekarang gak tahu kelanjutannya.

    Untuk hama ulat belalang kita bisa membudidayakan atau melindungi populasi burung kuntul atau blekok kalau istilah jawa. Karena burung tersebut memangsa ikan dan serangga, bahkan se ekor tikus pun jika masih kecil  di lahap juga. Saat ini populasi burung ini di wilayah kami dikulon progo Yogyakarta cukup banyak, mereka hidup rukun berdampingan dengan para petani di sawah jika ada traktor yang sedang mengolah tanah sawah mereka(burung kuntul) ramai ramai mengawal traktor itu. Eh sori maksud ku membuntunti sebab jika ada binatang kecil yang terusik traktor itu akan berhamburan dan burung pun bergegas memburunya.


    Ada banyak binatang yang bisa di budidayakan dalam rangka mengendalikan populasi hama , antara lain:

    Capung.
    Capung ini merupakan serangga pemangsa serangga yang banyak di temui di areal persawahan dan tanah lapang. Dia bisa ber gerak maju mundur dengan cepat. Sasaran utama serangga  ini adalah  kupu dan belalang serta serangga lainnya yang terbang.


    1. Belalang sembah.

    Jika ditempatku anak-anak sering menamai “deye” aku juga gak tahu apa nama sebenarnya. Sebenarnya binatang ini mudah sekali berkembang biak dan dibudidayaka. Makanann serangga ini adalah serangga seperti belalang ulat kupu dan lain lain. Tetapi sayangnya binatang ini termasuk binatang pemalas. Sehari – harinya Cuma diam di tempat. Biasanya dia hanya akan memangsa seranga lain yang kebetulan melintas di dekatnya. Dia kurang aktif walau perut sudah gepeng dia Cuma menunggu mangsa yang lewat. Tetapi binatang ini bisa bertelur walau tanpa pejantan asalkan makananya selalu kecukupan. Dulu waktu kecil aku sering memelihara binatang ini dalam sangkar jangkrik sehingga binatang ini sering bertelur dikandang walau tak ada pejantannya. Sekali bertelur jumlahnya puluhan butir tetapi saling menempel dan bentuknya bulat warta coklat. Yang dilekatkan pada ranting kayu yang kemudian telur ini akan menetas dengan sendirinya karena bantuan sinar mata hari.

    1. Laba – laba
    Laba – laba juga merupakan serangga pemangsa serangga lain dia membuat jaring yang sangat lengket. Jika ada serangga misalnya belalang yang melompat pada sela sela  daun kemudian nyangkut pada jarring laba – laba ini maka laba laba akan melilitnya dengan perekat yang di keluarkan melalui bagian perutnya. Kemudian laba-laba ini akan memakannya jika dia sudah merasa lapar. Tetapi kalau dia belum merasa lapar hanya akan dibiarkan saja.

    Binatang inipun juga bertelur sangat banyak dalam satu kali bertelur bisa ratusan butir. Tetapi tidah semua laba – laba bertelur sama banyak tergantung besar kecilnya, dan jenisnya.

    Tidak semua laba-laba membuat jarring. Tetapi ada yang ektif mencarimakan dengan berjalan kesana kemari kemudian jika melihat ada peluang bagus maka laba=laba ini akan segera menyerang mangsanya.


    1. Burung hantu.

    Binatang ini adalah pemangsa tikus. Dia bisa melihat dari jarak yang cukup jauh walaupun dimalam hari.


    1. Kuntul dan blekok
    Sudah disinggung pada awal postingan ini. Makanannya serangga (belalang yang merupakan hama padi sawah) dan anak tikus.



    Dan mungkin masih ada lagi, kiranya jika pembaca mengetahui silakan komen untuk menambahkan di artikel ini.
    Budidaya TEMULAWAK

    Budidaya TEMULAWAK


    sumber gambar: http://pondokibu.com/wp-content/uploads/2013/11/temulawak.jpg


    TEMULAWAK
    ( Curcuma xanthorrhiza ROXB. )


    1. SEJARAH SINGKAT
    Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang
    semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede
    sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia
    merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat
    ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina,
    Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara
    Eropa.


    2. URAIAN TANAMAN

    2.1 Klasifikasi
    Divisi : Spermatophyta
    Sub divisi : Angiospermae
    Kelas : Monocotyledonae
    Ordo : Zingiberales
    Keluarga : Zingiberaceae
    Genus : Curcuma
    Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.


    2.2 Deskripsi

    Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi
    kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk
    dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang
    mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai
    bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap,
    panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun
    termasuk helaian 43 – 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik
    berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun
    pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota
    bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota
    bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga
    berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna
    merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm


    3. MANFAAT TANAMAN

    Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang
    temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 %
    zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya
    dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari
    rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu
    makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker,
    dan anti mikroba.


    4. SENTRA PENANAMAN
    Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa
    memanfaatkan teknik budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan
    dimana sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah
    pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temulawak
    terutama di lahan yang teduh.


    5. SYARAT PERTUMBUHAN

    5.1. Iklim
    1) Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh
    dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun
    tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati.
    Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di
    tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini
    memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah
    beriklim tropis.
    2) Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC
    3) Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000
    mm/tahun.

    5.2. Media Tanam
    Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis
    tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat
    yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal
    diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian
    pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara
    yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang
    mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak
    mudah tergenang air.

    5.3. Ketinggian Tempat
    Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan
    ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di
    dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240
    m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang
    yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok
    dikembangkan di dataran sedang.


    6. PEDOMAN BUDIDAYA
    6.1. Pembibitan
    Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpangrimpangnya
    baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang
    anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000
    kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.

    1) Persyaratan Bibit
    Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12
    bulan.

    2) Penyiapan Bibit
    Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel
    pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
    a. Bibit rimpang induk
    Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3
    mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut.
    Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.

    b. Bibit rimpang anak
    Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap
    selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula
    dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat
    teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai
    keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong
    menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam.
    Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan.
    Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak
    berkurang akibat penyimpanan.


    6.2. Pengolahan Media Tanam
    1) Persiapan Lahan
    Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau
    pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan
    30 hari sebelum tanam.

    2) Pembukaan Lahan
    Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat
    mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm
    sampai tanah menjadi gembur.

    3) Pembentukan Bedengan
    Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar
    bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga
    dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit
    pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan
    ditanam di musim hujan.

    4) Pemupukan Organik (sebelum tanam)
    Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2
    kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton
    karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.


    6.3. Teknik Penanaman

    1) Penentuan Pola Tanaman
    Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada
    awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang
    waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan
    banyak air.

    2) Pembutan Lubang Tanam
    Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30
    x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60
    cm.

    3) Cara Penanaman
    Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas
    menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10
    cm.
    4) Perioda Tanam
    Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen
    musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini
    memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang
    memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.


    6.4. Pemeliharaan Tanaman
    1) Penyulaman
    Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan
    bibit cadangan.


    2) Penyiangan

    Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas
    bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan
    dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat
    bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya
    penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk
    mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan
    kored/cangkul dengan hati-hati.

    3) Pembubunan
    Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpangrimpangan
    untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik.
    Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan
    tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah
    dilakukan penyiangan.

    4) Pemupukan
    a. Pemupukan Organik
    Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia
    termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara
    organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organic atau pupuk
    kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan
    pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan
    pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk
    dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur
    tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga
    dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal
    pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan
    selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10
    bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman.
    Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan
    penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.


    b. Pemupukan Konvensional


    § Pemupukan Awal
    Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100
    kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan
    tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada
    jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang
    pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan
    tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.

    § Pemupukan Susulan
    Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk
    kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea
    dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur
    tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis
    masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan
    merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang
    tanaman lalu ditutup dengan tanah.

    5) Pengairan dan Penyiraman
    Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman
    masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya
    ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih
    banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan
    tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.

    6) Waktu Penyemprotan Pestisida
    Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama
    penyakit.

    7) Pemulsaan
    Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk
    menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak
    gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan.
    Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang
    tanaman.


    7. HAMA DAN PENYAKIT

    7.1. Hama
    Hama temulawak adalah:
    1) Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.),
    2) Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan
    3) Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).

    Pengendalian:
    penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan
    konsentrasi 0.1-0.2 %.

    7.2. Penyakit
    1) Jamur Fusarium

    Penyebab:
    F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp.
    Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di
    kebun atau setelah panen.

    Gejala:
    Fusarium menyebabakan busuk akar rimpang dengan gejala daum
    menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang
    menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya
    membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal
    batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya
    keseluruhan tanaman menjadi busuk.

    Pengendalian:
    melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam
    tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat
    dipakai adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan
    konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
    2) Penyakit layu


    Penyebab:
    Pseudomonas sp.

    Gejala:
    kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal
    batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti
    getah.

    Pengendalian:
    dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau
    grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.

    7.3. Gulma
    Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
    lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar
    lainnya.

    7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
    Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia
    berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya
    dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan
    hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
    Terpadu) yang komponennya adalah sbb:

    1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit
    unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap
    serangan hama dari sejak awal pertanaman

    2) Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami

    3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan
    hama dan penyakit.

    4) Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.

    5) Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya
    tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta
    rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
    penyebaran hama dan penyakit potensial.

    6) Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan
    dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang
    dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini
    hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang
    diperoleh dari hasil pengamatan.

    Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan
    digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:

    1) Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk
    insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk
    serangga kecil misalnya Aphids.

    2) Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin
    yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat
    syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga
    seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

    3) Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone
    untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan
    semprotan.

    4) Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung
    azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama
    pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti
    hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif
    untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

    5) Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu
    pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

    6) Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen
    utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan
    pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.


    8. PANEN
    8.1. Ciri dan Umur Panen
    Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman
    yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah
    menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning
    kecoklatan.

    8.2. Cara Panen
    Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan
    Rimpangnya.

    8.3. Periode Panen
    Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim
    kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas
    tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau
    tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun
    berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang
    dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
    karena lebih banyak kadar airnya.

    8.4. Perkiraan Hasil Panen
    Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak
    10-20 ton/hektar.


    9. PASCAPANEN

    9.1. Penyortiran Basah dan Pencucian
    Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran
    berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah
    bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
    Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air
    bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan
    pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar
    kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
    Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
    kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
    tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
    tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
    plastik/ember.

    9.2. Perajangan
    Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi
    bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
    melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,
    timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
    dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.


    9.3. Pengeringan
    Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari
    atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari,
    atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari
    dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling
    menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam
    sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara
    yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.
    Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang
    akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak
    saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang
    dihasilkan


    9.4. Penyortiran Kering.
    Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan
    cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah
    atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
    (untuk menghitung rendemennya).


    9.5. Pengemasan
    Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong
    plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai
    sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang
    menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
    produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

    9.6. Penyimpanan
    Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC
    dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
    dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
    bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
    langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.


    10.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

    10.1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun
    2000 di daerah Sumedang Jawa Barat.
    1) Biaya produksi
    a. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 100.000,-
    b. Bibit 250 kg @ Rp. 700,- Rp. 175.000,-
    c. Pupuk
    d. Pupuk kandang 1.000 kg @ Rp. 100,- Rp. 100.000,-
    - Pupuk buatan: Urea 13.5 kg @ Rp. 1.200,- Rp. 16.200,-
    - SP-36 10 kg @ Rp. 1700,- Rp. 17.000,-
    - KCl 12.5 kg @ Rp. 1700,- Rp. 21.250,-
    e. Pestisida Rp. 7.000,-
    f. Alat Rp. 20.000,-
    g. Tenaga kerja Rp. 112.000,-
    h. Panen dan pasca panen Rp. 42.000,-
    i. Lain-lain (Pajak 15%) Rp. 91.567,-
    Jumlah biaya produksi Rp. 702.017,-
    2) Pendapatan 2.000 kg @ Rp. 500,- Rp.1.000.000,-
    3) Keuntungan Rp. 297.983,-
    4) Parameter kelayakan usaha
    a. Rasio output/input = 1,42


    10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Temulawak merupakan tanaman obat yang secara alami sangat mudah
    tumbuh di Indonesia dan telah lama digunakan sebagai bahan pembuatan
    jamu. Setiap produsen jamu baik skala kecil atau skala industri selalu
    memasukkan temulawak ke dalam racikan jamunya. Rimpang temulawak
    yang dikeringkan juga sudah merupakan komoditi perdagangan antar negara.

    Indonesia dengan dukungan kondisi iklim dan tanahnya dapat menjadi
    produsen dan sekaligus pengekspor utama rimpang temu lawak dengan
    syarat produks dan kualitas rimpang yang dihasilkan memenuhi syarat.

    Kuantitas dan kualitas ini dapat ditingkatkan dengan mengubah pola tanam
    temulawak dari tradisional ke “modern” yang mengikuti tata laksana
    penanaman yang sudah teruji. Selama periode 1985-1989 Indonesia
    mengekspor temulawak sebanyak 36.602 kg senilai US $ 21.157,2 setiap
    tahun. Negara pengekspor lainnya adalah Cina, Indo Cina dan Bardabos.

    Untuk dapat meningkatkan ekspor temulawak diperlukan sosialisasi tanaman
    temulawak kepada masyarakat petani dan sekaligus memasyarakatkan cara
    budidaya temu lawak yang benar dalam skala yang lebih besar.

    11.STANDAR PRODUKSI
    11.1. Ruang Lingkup
    Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh
    dan syarat pengemasan.

    11.2. Deskripsi

    11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
    Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini:
    1) Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
    2) Aroma : khas wangi aromatis
    3) Rasa : mirip rempah dan agak pahit
    4) Kadar air maksimum : 12 %
    5) Kadar abu : 3-7 %
    6) Kadar pasir (kotoran) : 1 %
    7) Kadar minyak atsiri (minimal) : 5 %


    11.4. Pengambilan Contoh
    Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil
    sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat
    tiap partai 20 ton.
    1) Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
    2) Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7
    3) Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9
    4) Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10
    5) Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil
    minimum 15

    Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak
    sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk
    kemasan temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil
    sebanyak 5 rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk
    ditentukan mutunya. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu
    orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai
    ikatan dengan suatu badan hukum.


    11.5. Pengemasan
    Irisan temulawak kering dikemas dalam kardus karton yang dilapisi plastik
    dengan kapasitas 20 kg. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan
    bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:
    § Produk asal Indonesia
    § Nama/kode perusahaan/eksportir
    § Nama barang
    § Negara tujuan
    § Berat kotor
    § Berat bersih
    § Nama pembeli




    12.DAFTAR PUSTAKA
    1) Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida
    Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian
    Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
    2) Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan
    Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.
    3) Anonimous. 2001. Profil Tanaman Obat di Kabupaten Sumedang.
    Pemerintah Kabupaten Sumedang. Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Hal.
    37.
    4) Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Temulawak: Tanaman rempah dan obat.
    Penerbit Kanisius. Yogyakarta
    5) Sardiantho. 1997. Empat Tanaman Obat untuk Asam Urat. Trubus No. 331
    Jakarta, Februari 2000 Sumber: Sistim Informasi Manajemen
    Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman