Siapa sangka daun sukun yang dalamwaktu ini berubah sampah nyatanya mempunyai kasiat bagi kesehatan manusia. Ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhartono, mahasiswa UGM.
Menurutnya, daun sukun yang telah diekstrak bisa menyembutkan sakit ginjal dan jantung. Dalam penelitian ini Suhartono tidak sendiri, ia dibantu dua temannya yaitu Retno Wulandari dan Yunita Praptiwi. Kini, produk teh herbal daun sukun telah di pembuatan dengan-cara massal di Dusun Dukuhsari RT 07 RW 02, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DIJ.
Bahkan teh yang dikasih nama teh daun sukun Laasyaka ini telah menjangkau pasar nasional dan didistribusikan di beberapa kawasan Indonesia.
“Daun sukun ini belum tidak sedikit yang memanfaatkannya dan terkadang cuma untuk pakan ternak. Makanya kami berusaha menambah kualitas dan kegunaaan daun sukun dengan mengolah berubah teh herbal yang berguna bagi kesehatan,” kata Suhartono terhadap wartawan di UGM beberapa waktu lalu.
Suhartono menambahkan, pengembangan teh daun sukun ini itu dikarenakan menonton banyaknya tanaman sukun di daerah tempat tinggalnya. Namun, belum semua tahap dari tanaman sukun dimanfaatkan oleh warga, baru buahnya saja.
Dibagian lain, tidak sedikit daun sukun belum tidak sedikit dimanfaatkan oleh warga kurang lebih dan cuma berubah sampah. Menonton potensi daun sukun yang membeludak tersebut dirinya bersama kedua rekannya berpikir untuk memanfaatkan bahan tersebut.
Mereka pun mencari referensi dan literatur ilmiah terkait kegunaaan daun sukun. Berdasar penelitian LIPI (Tjandrawati) menunjukkan daun sukun mengandung senyawa flavonoid, riboflavin, dan sirosterol yang berguna untuk menjaga jantung dari kerusakan sistem kardiovasikuler.
“Selain berguna dalam menolong penyembuhan sakit ginjal, darah tinggi, diabetes, menurunkan kolesterol dan menanggulangi inflamasi,” papar mahasiswa Departemen Ilmu Komputer FMIPA ini.
Lalu bagaimana petunjuk membuatnya? Suhartono menerangkan, petunjuk pengolahan teh daun sukun ini termasuk sederhana. Awalnya, daun-daun muda dan segar dipetik langsung dari tanaman kemudian dicuci sampai-pada bersih. Kemudian daun dipotong-potong dan dijemur di bawah sinar matahari dalamwaktu 3-4 hari sampai-pada mengering.
“Setelah itu daun kering dihaluskan lalu dioven dan dikemas dalam bentuk teh celup,” katanya.
Kemudian teh daun sukun ini dikemas dalam dua bentuk yakni celup dan tubruk. Satu pack teh celup berisi 20 kantong teh celup siap pakai dengan berat 50gram dibanderol dengan harga Rp.20 ribu. Namun kenyataannya kemasan tubruk dengan berat 35 gram dipasarkan dengan harga Rp. 5 ribu.
Sejak merintis usaha pada 2013 silam, saat ini bisnis ini telah berkembang dan berubah usaha rumahan yang setiap bulannya sanggup memproduksi 400-500 pack. Dalam pembuatan memberdayakan ibu-ibu warga setempat mulai dari proses pemetikan daun sampai-pada pengeringan.
“Omzet waktu ini kebanyakan Rp. 8juta hinggaRp. 10 juta per bulan,” terang Retno Wulandari.
Bisnis teh daun Laasyka lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UGM tahun 2013. Ide untuk mengolah daun sukun sebagai teh herbal ini awalnya pernah terjadi sesuatu penolakan dari dosen pembimbing.
“Ide kami ini pernah ditolak sama dosen pengajar itu dikarenakan dinilai tidak lebih berkualitas,” kenang Retno.
Namun, penolakan itu justru tidak mematahkan asa ketiga anak muda ini. Mereka pun berusaha menemui dosen lain dan pada akhirnya memperoleh dukungan untuk melaju dalam PKM. Alhasil, ide yang mereka usung sukses memperoleh dana hibah sebesar Rp. 7.250.00 dari Dirjen Dikti.
“Dapat dana sebesar itu kami pernah bimbang mau dipakai untuk apa. Pada pada akhirnya kami belikan alat pres kantong seharga Rp. 4 juta,” tuturnya sembari tertawa.
Karena keterbatasan dana, mereka mencetak dan merancang kardus teh sendiri. Demikian pula dalam mensegel kardus dengan plastik, mereka perbuat sendiri dengan alat segel hasil modifikasi dengan setrika.
Membangun bisnis baru bukanlah faktor mudah. Apalagi bagi ketiganya yang termasuk pemain baru di dunia usaha. Awalnya mereka kesulitan promosi itu dikarenakan menerapkan model pemasaran dengan menitipkan di apotik-apotik.
“Di tahun 2014 penjualan tidak sesuai target,” kata Retno menambahkan.
Sejumlah upaya promosi pun dilakukan. Mulai menyebar brosur di jalan raya sampai-pada mencoba peruntungan berjualan di pasar Minggu pagi UGM. Namun cara-cara itu tidak efektif. Merekapun mencoba taktik baru dengan menerapkan sistem keagenan dan jualan dengan-cara online.
“Bagi yang ingin teh daun sukun ini bisa pesan dengan-cara online di tehdaunsukun.com bisa juga tehdaunsukun.co.id,” jelasnya.
Retno menambahkna, teh daun sukun Laasyaka terbuat 100 % dari daun sukun orisinil tanpa menggunakan_dengan bahan pengawet. Teh ini bagus dikonsumsi siapa saja mulai anak-anak sampai-pada dewasa.
Layaknya mengkonsumsi pada umumnya, teh daun sukun ini bisa dinikmati dengan merendamnya dalam air panas. Cuma saja untuk bisa menikmati teh ini butuh direndam lebih lama kurang lebih 4-5 menit perendaman sampai-pada timbul warna coklat kehijauan.
“Karena terbuat murni dari bahan daun sukun orisinil tanpa tambahan pewarna butuh diaduk bisa juga direndam lebih lama hinggakeluar warnanya,” katanya. (mar/dem)